LEKSIKON-LEKSIKON
PADA PROSES PEMBUATAN RUJAK TEPLAK DI DESA BALAMOA KECAMATAN PANGKAH KABUPATEN
TEGAL
(KAJIAN
ETNOLINGUISTIK)
Oleh
Anik
Sasi Kirana 2601413055
Rombel 4
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANGIndonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam kebudayaan yang dimiliki masing-masing daerah. Salah satu yang menjadi kebanggaan dari bangsa Indonesia adalah memiliki makanan khas dari masing-masing daerah. Indonesia bisa dikatakan sebagai tempat “surganya kuliner”. Di Indonesia makanan khas biasanya menjadi makanan pendamping dalam sebuah acara atau tradisi yang diadakan oleh sebuah desa. Seiring perkembangan jaman, makanan khas kurang populer di masyarakat karena dengan lunturnya tradisi sebagai media untuk memperkenalkan makanan khas sudah mulai jarang dilakukan.Saat ini makanan khas di masing-masing daerah sudah jarang dibuat, namun justru dibuat oleh daerah lain untuk menarik minat masyarakat di daerah tersebut. Hal ini tidak boleh berlangsung terus menerus agar makanan khas daerah masing-masing tetap dilestarikan dan nikmati para pencintanya. Di daerah Tegal khususnya, banyak beraneka macam makanan yang sangat digemari oleh masyarakat sekitar dan sampai saat ini masih banyak dibuat. Salah satu makanan yang sangat digemari adalah rujak teplak. Perbedaan rujak ini dengan rujak lain adalah pada sambalnya. Keunikan yang terdapat pada rujak teplak ini menjadi ciri khas makanan yang dimiliki oleh masyarakat Tegal.Penulis melakukan observasi mengenai proses pembuatan rujak teplak yang ada di Desa Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Proses pembuatan rujak teplak ini terdapat banyak leksikon yang tidak semua orang mengerti arti dari leksikon tersebut. Oleh karena itu, digunakan kajian etnolinguistik untuk membahas mengenai makna leksikal yang ada dalam proses pembuatan rujak teplak di Desa Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Etnolinguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang mengkaji tentang berbagai macam kebudayaan.
- RUMUSAN MASALAHDalam makalah ini, terdapat rumusan masalah yang dapat dikaji yaitu apa saja leksikon yang terdapat pada proses pembuatan rujak teplak di Desa Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
- MANFAAT PENULISANHasil dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu bahasa terutama kajian linguistik, dalam hal ini berupa kajian etnolinguistik mengenai leksikon-leksikon yang ada dalam proses pembuatan makanan. Manfaat penulisan penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk penulisan makalah lain yang masih berhubungan dengan bidang bahasa khususnya sosiolinguistik.
- LANDASAN TEORIMakanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat (Timbul Haryono: 2013) Makanan menurut fungsinya dapat digolongkan menjadi makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan, makanan untuk peristiwa khusus, dan makanan untuk berbagai keperluan upacara (Moertjipto dkk, 1993:39). Makanan pokok merupakan makanan yang dimakan sehari-hari untuk mencukupi keperluan tubuh agar manusia bisa tetap hidup dan sehat. Sedangkan, makanan sambilan dan jajanan merupakan makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan pokok dan makanan jajanan serta makanan sambilan memiliki fungsi dan peran sebagai unsur penyajian pada peristiwa khusus dan keperluan upacara.Etnolinguistik adalah ilmu yang mengkaji sistem bahasa dalam perspektif kebudayaan. Etnolinguistik disebut juga Linguistik Antropologi atau Antropological Linguistics yang merupakan kajian bahasa dan budaya sebagai sub bidang utama dari Antropologi (Duranti, 1997). Sejalan dengan itu, Richards, Platt, Weber (1990:13) mengemukakan bahwa linguistik antropologi adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan kebudayaan dalam suatu masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Skripsi yang berjudul “Nama Makanan Kecil dalam
Bahasa Jawa” oleh Kiswari (2012), kajian etnolinguistik. Penelitian tersebut
berisi makanan kecil yang fokus pada kajian etnolinguistik dengan bantuan analisis
morfo-semantis. Di dalam penelitian ini sudah mencangkup inventarisasi serta
penjelasan makna dan klasifikasi berdasarkan bahan baku. Secara semantis
penelitian ini menggunakan analisis komponen makna dan mempunyai hubungan dengan
bahan utama, cara memasak, tampilan fisik, rasa, dan fungsi khusus.
Penelitian tentang makanan dengan menggunakan kajian
etnolinguistik juga pernah dilakukan oleh Arum Kusumaningtyas (2013) dengan judul “Penggunaan Istilah Makanan dan Jajanan Tradisional pada
Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan istilah makanan dan
jajanan tradisional pada masyarakat di Kabupaten Banyuwangi ada yang berbentuk
kata dan frasa yang semuanya mempunyai makna.
Makanan dan jajanan tradisional juga terdapat hubungan dengan tradisi
yang ada pada masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.
Dalam hal
ini, tradisi tersebut sebagian besar dapat ditemukan pada masyarakat Osing dan
masyarakat Jawa yang berdomisili di Kabupaten Banyuwangi. Tradisi tersebut di
antaranya: tradisi pindah rumah (rumah baru), tradisi lamaran (meminang),
tradisi perkawinan, tradisi tujuh bulanan (hamil tujuh bulan), tradisi selapan
bayi (kelahiran), tradisi turun tanah, tradisi orang meninggal, tradisi maulid
nabi, tradisi bulan suro, tradisi bersih desa, tradisi kebo-keboan.
Dasar-dasar
penamaan makanan dan jajanan tradisional sebagian berasal dari proses
pembuatan, bahan yang digunakan, peniruan bunyi, sifat benda, dan kemiripan
benda dengan hal lain yang menyerupai wujud benda tersebut.
BAB III
METODE
PENELITIAN
Peneliti melakukan penelitian di Desa Balamoa,
Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif. Peneliti mengobservasi dan mendokumentasikan
data-data yang diperlukan. Metode observasi partisipatif, yakni ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang diobservasi, dideskripsi, dan dianalisis
(Sibarani, 2004 : 54). Peneliti juga melakukan wawancara dengan narasumber
sebagai teknik untuk mengumpulkan data-data yang dapat menunjang penelitian
etnolingustik ini. Pendekatan etnolinguistik merupakan suatu pendekatan bahasa
yang mengkaji mengenai kebudayaan, dalam hal ini adalah penelitian mengenai
leksikon dan makna yang terkandung dalam proses pembuatan rujak teplak di Desa
Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendasarkan
dirinya pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti menggunakan
teknik wawancara tidak terstruktur.
BAB IV
PEMBAHASAN
- Makna Leksikon dalam Pembuatan Rujak Teplak di Desa Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.Leksikon-leksikon yang ada dalam proses pembuatan rujak teplak berupa kata benda dan kata kerja. Kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk bebas (Kridalaksana, 2008:110). Kata benda untuk menyebutkan bahan-bahan yang dibutuhkan dan kata kerja digunakan untuk menyebutkan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan.Bahan untuk pembuatan rujak teplak membutuhkan sayuran dan bumbu untuk membuat sambal. Sayuran yang dibutuhkan antara lain kangkung, godhong boled, godhong gandhul, kol, timun, dan pare di Desa Balamoa macam-macam sayuran tersebut sering disebut dengan kluban. Kangkung merupakan tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Godhong boled atau masyarakat lebih mengenalnya dengan nama daun ketela, daun ini paling sering digunakan untuk lalapan. Godhong gandhul atau lebih dikenal dengan nama daun pepaya. Daun ini rasanya pahit, namun dengan cara pemasakan yang benar rasa pahit tersebut bisa berkurang. Daun pepaya dan daun ketela sebagai pelengkap rujak teplak biasanya menggukan daun yang masih muda atau istilahnya enom. Kol merupakan sayuran yang berwarna hijau sangat pucat berbentuk bulat. Sayuran ini banyak ditemukan di daerah pegunungan. Timun merupakan sayuran yang mengandung banyak air dan sangat digemari masyarakat, biasanya menjadi teman lalapan. Pare merupakan sayuran yang terkenal dengan rasanya yang sangat pahit namun tetap digemari oleh sebagian besar orang tua. Pare adalah tanaman yang merambat, buahnya menyerupai mentimun tetapi memiliki kulit yang keriput.Proses yang pertama dilakukan adalah merebus semua sayuran atau kluban yang sebelumnya sudah dipisahkan dengan tangkainya atau sering disebut metiki. Metiki berasal dari kata petik yang mendapat ater-ater anuswara N- + imbuhan i. Kata ini tergolong ke dalam kata kerja. Selanjutnya kluban dicuci, masyarakat Desa Balamoa sering menyebut dengan istilah dikumbah. Semua bahan yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam sangan untuk digodhog (direbus). Sangan merupakan alat untuk merebus kluban, sering disebut juga dengan wajan. Waktu yang dibutuhkan untuk merebus kluban kira-kira 10 menit sampai kluban terlihat alum. Alum merupakan kata sifat yang artinya layu.Pada proses pembuatan sambal rujak teplak dibutuhkan beberapa bahan antara lain cengis, terasi, kacang, asem kawak, gula Jawa, boled. Cengis merupakan jenis cabe rawit atau sering disebut lombok. Terasi adalah jenis bumbu dapur yang biasanya dibuat dari rebon (udang kecil), fungsinya untuk melezatkan makanan. Kacang yang digunakan untuk membuat sambal biasanya sebelumnya sudah digoreng. Kacang berfungsi untuk memunculkan rasa gurih pada sambal. Asem kawak atau lebih dikenal dengan asem Jawa adalah sejenis buah yang rasanya masam, digunakan sebagai penambah rasa dalam membuat sambal. Gula Jawa digunakan sebagai penguat rasa dalam pembuatan sambal. Boled merupakan sejenis umbi-umbian atau sering disebut dengan ketela. Boled merupakan bahan terpenting dalam proses pembuatan sambal rujak teplak, karena ini merupakan bahan yang membedakan dengan rujak lainnya. Boled yang akan dicampurkan pada sambal sebelumnya sudah direbus. Semua bahan-bahan sambal digerus atau diuleg secara bersamaan.Kluban yang sudah matang dan sambal yang selesai dibuat kemudian ditata di atas daun pisang atau sering disebut dengan dipincuk yaitu membungkus makanan dengan daun pisang. Sambal yang akan dicampurkan dengan kluban sebelumnya sudah diejeri atau diseduh dengan sedikit air agar tidak terlalu kental dan rujak teplak siap untuk dihidangkan. Kata rujak teplak ini berdasarkan proses menyajikan sambal ke atas kluban dengan cara seperti orang yang mengeplak karena sambal yang kental dan susah dilepaskan dari sendok.
BAB
V
PENUTUP
- SIMPULANDari hasil penelitian ini, leksikon yang digunakan dalam proses pembuatan rujak teplak berbentuk kata kerja, kata benda, dan kata sifat yang mendapatkan ater-ater, sufiks, dan infiks. Kata benda untuk menyebutkan bahan-bahan yang dibutuhkan, kata kerja digunakan untuk menyebutkan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan, kata sifat digunakan untuk menyebutkan sifat dari benda yang dibutuhkan.Leksikon yang termasuk dalam kata kerja antara lain digodhog, digerus, dipincuk, dan diejeri. Leksikon yang termasuk dalam kata benda antara lain godhong gandhul, godhong boled, boled, kol, asem kawak, gula Jawa, dll. Leksikon yang termasuk dalam kata sifat antara lain alum dan enom. Dasar penamaan leksikon ini berasal dari nama bahan yang digunakan dan proses pembuatan yang sesuai dengan dialek masyarakat Desa Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
DAFTAR
PUSTAKA
Koentjaraningrat.
2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kusumaningtyas,
Arum. 2013. Penggunaan Istilah Makanan
dan Jajanan Tradisional pada Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi Sebuah Kajian
Etnolinguistik. Jember: Universitas Negeri Jember.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar